Meskipun tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
bisa dicegah dan disembuhkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis masih
ada 155 ribu orang terinfeksi setiap tahunnya di 33 negara berkembang. Sebanyak
10 ribu orang diantaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus TB yang tercatat pada setiap tahun di beberapa
negara, baik negara berkembang maupun negara maju, diperkirakan berjumlah
seratus kasus per juta penduduk. WHO menggarisbawahi jutaan orang masih tak
sadar telah terinfeksi bakteri basil
tuberkulosis, yang dapat ditularkan melalui bersin. Menurut WHO, TB
menjangkiti 1,3 juta jiwa di seluruh dunia pada tahun lalu dan membuat TB
menjadi penyakit mematikan setelah AIDS.
WHO menyatakan bahwa jumlah kasus TB terbesar berada di Asia
Tenggara, yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia. Perlu diketahui, bahwa di
Indonesia TB masih tergolong penyakit epidemiologi (wabah). Bahkan, Indonesia
menjadi salah satu dari tiga negara di dunia dengan jumlah penderita TB
terbanyak selama lebih dari satu dekade, setelah India dan Cina.
Angka
penderita TB di Indonesia cukup memprihatinkan. Mengacu
pada data dasar TB tahun 1990 dari WHO, angka insiden (penderita baru) adalah
343 per 100.000 penduduk, angka prevalensi (kejadian) TB mencapai 443 per
100.000 penduduk, dan angka mortalitas (kematian) akibat TB sebanyak 92 per
100.000 penduduk.
Satu dekade kemudian, mengacu pada global report yang dilansir WHO, angka TB di Indonesia jauh
membaik. Tahun 2010, angka insiden menurun menjadi 189 per 100.000 penduduk,
angka prevalensi menjadi 289 per 100.000 penduduk, dan angka mortalitas 27 per
100.000 penduduk. Penurunan angka tersebut menjadi penanda bahwa penyakit TB
ditangani sangat serius di negeri ini.
Meski demikian, penyebaran TB masih harus terus diwaspadai sebab
penyakit ini termasuk mudah menular dan membutuhkan perawatan jangka panjang
yang tekun. Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan menemukan 193.310 kasus baru
TB positif. Jumlah kasus tertinggi dijumpai di provinsi dengan jumlah penduduk
besar, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Masyarakat yang rentan terhadap penyakit ini adalah mereka yang
berada di dalam penjara dan orang-orang dengan kekebalan tubuh yang rendah,
termasuk penderita HIV, penderita kurang gizi, penderita diabetes, perokok, dan
pecandu alkohol. Semua memiliki risiko tinggi terkena TB. Kekhawatiran utama
WHO, mereka yang rentan terkena TB adalah orang-orang yang kesulitan mendapat
akses pelayanan kesehatan.
Sejarah TB
Penemu
bakteri TB adalah Dr. Robert Heinrich
Herman Koch, ilmuwan asal Jerman. Pada 24 Maret 1882, Koch mengumumkan penemuan bakteri yang saat itu menyebabkan
kematian satu dari tujuh orang di Eropa dan Amerika. Tanggal itu kini diperingati
sebagai Hari TB Sedunia. Saat ini diperkirakan sekitar 1,7 juta jiwa melayang
setiap tahun di seluruh dunia karena penyakit tersebut.
Mycobacterium tuberculosis
sebenarnya tak hanya menyerang paru, tetapi bisa juga menyasar kelenjar hingga
tulang. Memang kasus terbesar TB adalah kuman yang bersarang pada saluran
pernapasan. Untungnya mayoritas publik memahami cara penularan TB secara umum,
yaitu melalui bersin atau batuk penderita. Butiran ludah yang tersebar melalui
udara menyebarkan bakteri TB.
Secara
umum publik menyadari perilaku apa yang berbahaya meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit TB, salah satunya merokok. Setidaknya pemahaman itu
menimbulkan kesadaran untuk berhati-hati terhadap lingkungan sekitar dan
meminimalkan perilaku yang riskan menyebabkan orang mudah terjangkit TB.
Penyebab TB
Bakteri yang bernama Mycobacterium
adalah bakteri penyebab TB, bakteri ini menyebar melalui tetesan mikroskopis
yang dilepaskan melalui udara. Tetesan mikroskopis ini menyebar melalui udara
ketika seseorang batuk, bersih, meludah, tertawa atau bahkan bernyanyi.
Walaupun TB menular, jauh lebih mungkin untuk terinfeksi
tuberkulosis dari seseorang yang hidup dengan atau bekerja dengan mereka yang
rentan terhadap penyakit TBC. Kebanyakan orang dengan TBC aktif yang telah
memiliki perawatan obat yang tepat untuk setidaknya dua minggu biasanya tidak
lagi menular.
Gejala TB
Gejala
penyakit TB digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala
khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TB adalah disebabkan
gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada
kasus-kasus baru.
1.
Gejala umum (Sistemik)
§ Batuk berdahak
selama lebih dari 2 minggu (dapat disertai dengan darah).
§ Demam tidak
terlalu tinggi yang berlangsung lama,
§ Keringat malam
hari tanpa aktifitas
§ Penurunan nafsu
makan dan berat badan.
§ Perasaan tidak
enak (malaise), lemah.
2.
Gejala khusus (Khas)
Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Pada
penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, maka TB dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TB dewasa. Sekitar
30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TB dewasa memberikan
hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal
serumah dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penularan TB
Penularan penyakit TB adalah melalui udara yang tercemar oleh Mycobakterium tuberculosis yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh penderita TB saat batuk, dimana pada anak-anak
umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TB.
Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi
banyak, terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Bahkan
bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening, sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain
seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya
meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mycobakterium tuberculosis
kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru-paru, yang segera terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru
berusaha menghambat bakteri TB ini melalui mekanisme alamiahnya membentuk
jaringan parut. Akibatnya bakteri TB tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai
tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk
tuberkel ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh
rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul
membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (riak/dahak).
Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum
dan didapati mikroba tuberkulosa, disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
dan positif terinfeksi TB.
Berkembangnya penyakit TB di Indonesia ini tidak lain berkaitan
dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat
pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah
kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB.
Pengobatan TB
Pengobatan bagi penderita TB akan menjalani proses yang cukup
lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih.
Penyakit TB dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan
tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang
lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik
darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun
obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid
dan rifampin sebagai pengobatan
dasar bagi penderita TB. Namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan
kedua obat tersebut, maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat
seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan
yang dikenal ‘Triple Drug’.
Prinsipnya,
pengobatan yang perlu diterapkan terhadap penderita TB adalah:
§ Obat
TBC diberikan beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama
6-9 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat terbunuh.
§ Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
§ Perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
§ Pengobatan
TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pencegahan TB
Pencegahan TB terkadang menjadi langkah yang dilupakan oleh
sebagian orang. Jika seseorang memiliki tes positif untuk infeksi laten TB,
biasanya dokter menyarankan untuk mengkonsumsi obat untuk mengurangi resiko
terkena TB aktif. Satu-satunya jenis TB yang menular adalah varietas aktif,
saat itu mempengaruhi paru-paru. Jadi, jika dapat mencegah TB dari menjadi
aktif, penderita tersebut tidak akan mengirimkan TB ke orang lain.
Namun, jika seseorang memiliki TB aktif, hal pertama yang perlu
dicatat adalah menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu
beberapa minggu pengobatan dengan obat TB sebelum tidak menular lagi.
Sistem imunitas yang kuat dapat juga menjadi cara pencegahan
bagi tubuh terhadap kuman penyakit TB. Dengan pola hidup sehat, daya tahan
tubuh kita diharapkan akan cukup kuat. Walaupun terkena kuman TB, tetap akan
bertahan sehingga tidak akan menimbulkan gejala.
Secara umum, agar kita
dapat terhindar dari penyakit TB, maka kita dapat melakukan hal-hal berikut:
·
Bila
ada yang dicurigai sebagai penderita TB maka harus segera mendapatkan
pengobatan sampai tuntas, agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi
sumber penularan bakteri TB.
·
Bagi
penderita tidak diperkenankan meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan
bakteri TB berasal dari dahak penderita TB. Walaupun dahak dari penderita TB
sudah mengering, tetap berpotensi menyebarkan bakteri TB melalui udara.
·
Menutup
mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak
di sembarangan tempat, dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau
bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta
menenangkan pikiran.
·
Tidak
melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi Anda yang masih sehat, sebaiknya
membatasi interaksi dengan orang yang menderita TB atau Anda dapat menggunakan
alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka.
·
Rumah
harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat
masuk ke dalam rumah.
·
Minum
obat pencegah dan hidup secara sehat.
Intinya, untuk menghindari terjangkit penyakit TB, upaya
pencegahan harus sedini mungkin dilakukan. Yaitu, dengan menerapkan pola hidup
sehat dan membiasakan mengonsumsi makanan bergizi. Selain itu, secara disiplin
harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengupayakan sinar matahari dapat
masuk ke rumah sehingga tidak lembab, dan mengatur sirkulasi udara di dalam rumah
dengan baik. Perlu diingat, tekanan stres dapat pula mempengaruhi daya tahan
tubuh kita. Oleh karena itu, kesehatan mental dan jiwa pun harus mendapatkan
perhatian, agar pencegahan TB bisa lebih maksimal.
***
(Disarikan dari berbagai sumber)
0 Comments:
Posting Komentar