Bagi
yang sering berobat ke Klinik Pratama Rumah Tahanan Negara Klas I Cipinang,
setidaknya dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, pasti sudah tidak asing dengan Bu Dokter yang satu ini. Ya, dengan
penampilan yang kalem dan terkesan tidak banyak bicara, dokter Juwi – begitu biasa dipanggil – justeru menjadi ‘banyak
bertanya’ begitu melayani pasien. Ini yang menjadi ciri khasnya.
Sebagai
dokter umum di Rutan Klas I Cipinang, dr.
Juwita Barus – ini nama panjangnya – memang mempunyai jadwal rutin melayani
pasien yang berobat di Klinik Pratama, sejak Desember 2009. Sehingga, dalam
memberi layanan pada pasien warga binaan, sangat faham bagaimana harus
menghadapi berbagai karakter pasien. Salah satunya, dengan banyak menggali
informasi seputar penyakit pasien tadi.
Memang,
menghadapi berbagai karakter pasiennya, bagi dr. Juwi awalnya bukanlah hal mudah. Tetapi, “Semua itu perlu cara
dan proses untuk memahami. Dengan prinsip bahwa dokter di Rutan ini adalah
melayani, akhirnya saya bisa menjalankan tugas keseharian dengan lancar dan
tanpa hambatan,” jelas dokter yang saat ini sedang hamil anak ke-2. Lagipula,
lanjut dr. Juwi, “Di Klinik Pratama
kita kerja tim dengan dokter-dokter yang lain, hal inilah yang membuat suasana
kerja jadi lebih menyenangkan.”
Meski
pada bulan Desember 2015 dr. Juwi
memperoleh kenaikan jenjang pangkat (golongan), toh ini tidak dianggap sebagai beban dalam menjalankan aktivitas
pekerjaannya. Justru, “Ini sebagai motivasi dan penambah semangat kerja. Dengan
frekuensi pekerjaan yang sama dan sudah terprogram, kita harus mencapai hasil
yang lebih baik dari sebelumnya,” papar dokter yang tidak buka praktek diluar,
selain menjadi dokter di Rutan Klas I Cipinang. Mengenai hal ini, dr. Juwi mengambil sisi positifnya,
yaitu, “Saya jadi punya banyak waktu untuk keluarga dan aktivitas lain diluar
profesi dokter.”
Selain
jadwal rutin melayani pasien berobat, ada satu aktivitas lain yang diemban dr. Juwi di Klinik Pratama, yaitu
sebagai dokter Care Support Treatment
(CST) untuk program HIV di Rutan Klas I Cipinang. Dan tentu saja banyak
suka dan duka yang dialami dengan aktivitasnya ini. Misalnya, “Kadang ada
perasaan kesal juga kalau pasien yang menjalani terapi tidak mau menjalankan
dengan benar apa yang kita sampaikan,” ungkap dr. Juwi. Namun demikian, dengan kesabarannya, “Kalau mood-nya bagus, kita kasih motivasi
lagi, karena memang mereka harus minum obat seumur hidupnya,” lanjutnya.
Sedang
pengalaman yang paling berkesan, yang setidaknya membuat dr. Juwi merasa senang dan selalu teringat, adalah kejadian awal
menjadi dokter CST di Klinik Pratama. Ceritanya, ada satu pasien HIV yang sudah
masuk stadium 4, yang kondisinya memprihatikan dan lumpuh. Ternyata, setelah
menjalani terapi beberapa waktu, “Pasien tersebut lambat laun bisa berjalan dan
tidak lumpuh lagi, sampai meninggalkan Rutan Cipinang. Kalau tidak salah pasien
tersebut bernama Ayung. Saat itu saya
merasa senang banget” kenangnya.
0 Comments:
Posting Komentar