Penghuni rutan kelas 1 Cipinang mengikuti program safe and soul Rutan Cipinang (SOS Ruci) yaitu sebagai kader kesehatan yang diberdayagunakan untuk membantu pasien tuberkulosis (TB) sesama warga binaan. Salah satu dari 33 kru SOS Ruci, Agus Setya Wibowo mengaku bangga melakukan tugas volunteer itu.
"SOS didirikan Oktober 2010. Saya bergabung mulai 2013. Jadi sudah 1,6 bulan. Saya bangga menjadi SOS Ruci, dengan adanya program ini, kami bisa bantu warga binaan," ujar Setya (26) yang dihadirkan dalam workshop media 'Temukan dan Obati TB Sampai Sembuh' di Rutan Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (24/2/2015).
Pada kesempatan tersebut, Setya mengaku secara sukarela bergabung dengan SOS Ruci karena ingin membantu. Selain itu juga ada nilai tambah yang ia rasakan. "Saya gabung karena jiwa sosial saya ingin bantu warga binaan. Dan saya juga ingin tahu mengenai ilmu-ilmu medis," ungkap narapidana asal Solo itu.
Meski dibayar secara sukarela, menjadi kru SOS Ruci tidaklah mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni mendapat vonis antara 2-4 tahun penjara. "Mereka setidak-tidaknya lulusan SMA, dan harus mengikuti tes tertulis. Mereka kerja sukarela, tidak ada insentif atau kompensasi pengurangan masa tahanan. Kelebihannya hanya para SOS ini kami satukan dalam 1 kamar untuk memudahkan koordinasi," ucap Koordinator Poliklinik Rutan Cipinang dr. Julius Sumarli dalam kesempatan yang sama.
Kelebihan yang lain yang didapat para kru SOS Ruci juga yakni bisa bebas keluar masuk blok. Itu pun sebagai langkah monitoring terhadap kesehatan para warga binaan yang tersebar dari beberapa blok di Rutan Cipinang.
"Di rutan lain sebenarnya ada juga kader kesehatan. Tapi untuk SOS Ruci perannya diperluas. Ada 5 perannya yakni untuk kegawatan darurat, memberi bantuan P3K, bantuan evakuasi, dan mengajarkan SOS bagaimana cara memberikan nafas buatan," jelas Julius.
Peran lain dari SOS Ruci yakni sebagai kader kesehatan, penyuluh kesehatan, bantuan poliklinik, dan duta kesehatan lingkungan untuk membantu kebersihan lingkungan.
Sementara itu, dalam upaya mengurangi angka kasus penyakit TB warga binaannya, Rutan Cipinang tak hanya menyediakan poliklinik dan bantuan pelayanan dari SOS Ruci. Rutan Cipinang menyediakan 2 ruang isolasi khusus bagi pasien TB. "Ruang isolasi inovasi dari kita. Di tengah-tengah rutan yang over capacity atas dukungan pimpinan kita masih punya ruang. Ini untuk mencegah penyebaran. Ada ruang isolasi suspect TB, nanti ketika confirm sudah positif dimasukkan ke dalam isolasi TB sampai sembuh. Satu ruanggan ada yang 6-8 orang. Idealnya untuk 10," terang Julius.
Dengan inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Rutan Cipinang ini, peningkatan dalam penanganan kasus TB dapat terlihat. Dari tahun 2013 ada 41 pasien TB yang ditemukan. Sedangkan pada 2014 Rutan Cipinang mampu menemukan 49 suspect TB.
"Bukan karena pasiennya bertambah kualitas menurun, tapi karena peningkatan pelayakan kita berhasil mendeteksi lebih banyak warga binaan yang terkena TB. Karena kan TB biasanya dibawa warga binaan dari luar sebelum masuk," tukas Julius.
"Untuk peningkatan kasus juga kita bisa lihat dari angka kematian yang turun. Dari 2013 ada 41 pasien, yang meninggal 5. Sementara pada 2014 dengan jumlah penghuni meningkat, yang sakit juga meningkat ada 49, yang meninggal 5. Angka kematian bisa kita tekan," sambungnya.
Sedaangkan para pasien warga binaan di Rutan Cipinang sendiri mengaku sangat terbantu dengan pelayanan-pelayanan kesehatan yang ada. Ia terkena suspect TB sejak beberapa bulan yang lalu.
"Dulu saya kena pergaulan obat suntik. Saya dianjurkan dites, dan saya positif HIV. Sekarang saya juga kena TB. Tapi dengan adanya pengobatan saat ini badan saya lebih sehat. Pengobatan masih dilanjut sampai sekarang," cerita salah satu pasien yang hadir dalam workshop, Agus.
"SOS Ruci membantu sekali. Kalau mau ke poliklinik saya tinggal minta izin sama pengurus. Saya turun pakai rompi ini, konsultasi dengan dokter. Supaya jadi mudah karena dibantu oleh kader SOS," imbuhnya.
***
sumber: http://news.detik.com (24/02/2015)
0 Comments:
Posting Komentar